KEBAJIKAN ( De 德 ) - Orang-orang yang berpakaian kumal, lusuh dan memiliki sobekan di sana-sini atau mereka yang tidak mempunyai pakaian selain yang melekat di badannya atau mereka yang hanya mengenakan pakaian yang terbuat dari karung terigu dan spanduk bekas, apakah mereka dapat disebut sebagai orang miskin? Mungkin sebagian orang akan mengiyakannya.
Orang-orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan hanya tinggal di kolong jembatan dan emperan toko atau mereka yang menjadikan gerobak sampah sebagai tempat tinggalnya atau mereka yang menyewa rumah sederhana, apakah mereka termasuk orang miskin? Mungkin bagi sebagian orang akan mengatakan benar.
Orang-orang yang hanya makan sehari sekali dan tidak tahu apakah besok masih mungkin dapat memperoleh makanan atau mereka yang hanya mengkonsumsi "nasi aking" (nasi bekas yang dikeringkan) atau mereka yang selalu menderita kelaparan dan berharap dari pemberian orang lain, apakah mereka dikategorikan orang miskin? Banyak orang yang setuju.
Anak-anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan atau anak-anak yang terlantar dan berkeliaran di jalanan mencari makan di usia mereka yang masih belia atau para pengamen jalanan, tukang koran, tukang semir sepatu, pedagang asongan, yang memiliki penghasilan minim bahkan jauh di bawah UMR, apakah mereka termasuk manusia miskin? Banyak yang menganggukkan kepala.
Para pekerja kasar, seperti tukang sampah, buruh bangunan, buruh angkut di pasar dan pelabuhan, penyapu jalanan, pemulung, tukang becak, tukang ojek, supir angkot, kondektur bis, apakah mereka termasuk orang miskin? Sebagian orang tidak akan membantah.
Orang-orang yang sedang terlilit hutang atau mereka yang sedang berjuang melunasi tagihan kartu kredit atau mereka yang sedang mengalami kegagalan bisnis, bangkrut dan terpaksa harus menutup toko dan pabrik, apakah mereka layak disebut sebagai orang miskin? Banyak orang yang membenarkannya.
Orang-orang yang tidak memiliki kendaraan, meskipun hanya sejenis sepeda ontel atau mereka yang berjalan kaki "mengukur jalan" menuju tempat kerja atau mereka yang rela berpanggang teriknya matahari tanpa pernah merasakan sejuknya pendingin ruangan atau mereka yang tidak memiliki ponsel, tidak pernah menikmati makan di restoran bahkan hanya sekadar di warung tegal sekalipun, apakah mereka dapat kita sebut sebagai orang miskin? Banyak orang akan setuju.
Padahal jawaban sebenarnya adalah BUKAN, sebab mereka tidak pernah mengeluh, meratapi nasib dan berputus asa serta tidak pernah merasa dirinya adalah orang miskin. Sepanjang mereka merasa cukup dengan apa yang dimiliki, selalu bersyukur atas semua berkah karunia dari Tuhan serta dapat menikmati semua yang ada dengan hati ikhlas maka sesungguhnya mereka adalah orang kaya.
Memang benar jika mereka hidup dalam kemiskinan materi namun sebenarnya mereka hidup dalam kekayaan batin. Mereka jauh lebih kaya dari orang-orang kaya yang selalu mengeluhkan kekurangan dalam hidupnya. Mereka jauh lebih berbahagia dibandingkan orang kaya yang serakah dan tidak pernah puas dengan segunung harta kekayaan yang telah dimilikinya.
Sobatku yang budiman...
Kita boleh miskin secara materi, namun kita harus kaya dalam kebatinan. Jiwa kita harus kaya, selalu bersyukur atas semua nikmat pemberian Tuhan dan tidak lupa berbagi kepada mereka yang membutuhkan.
Orang kaya akan terlihat miskin jika mereka tidak pernah merasa cukup dan terus berusaha menghalalkan segala cara demi memperkaya dirinya sendiri. Mengunci semua hartanya dalam brankas sekokohnya tanpa pernah berniat untuk beramal dan bersedekah. Tabungan kehidupan mereka tidak pernah terisi dengan amal ibadah yang benar.
Lihatlah sekeliling kita, begitu banyak orang yang terlihat berlimpah harta kekayaan namun sesungguhnya mereka jauh lebih miskin dari orang-orang yang sering kita kategorikan orang miskin. Salam kebajikan #firmanbossini
Tidak ada komentar:
Write komentar