|
Welcome To My Website Kebajikan (De 德)......KEBAJIKAN ( De 德 ) Mengucapkan Xin Nian Kuai Le (新年快乐) 2571 / 2020...Xīnnián kuàilè, zhù nǐ jiànkāng chángshòu, zhù nǐ hǎo yùn..Mohon Maaf Blog ini masih dalam perbaikan....Dalam era kebebasan informasi sekarang, hendaknya kita dapat lebih bijak memilah, mencerna dan memilih informasi yang akurat. Kami menempatkan kepentingan pembaca sebagai prioritas utama. Semangat kami adalah memberikan kontribusi bagi pembaca agar dapat meningkatkan Etika dan Moral dalam kehidupan serta meningkatkan Cinta kasih tanpa pamrih pada sesama baik dalam lingkup lingkungan sekitar maupun lingkup dunia dan menyajikan keberagaman pandangan kehidupan demi meningkatkan pemahaman dan penghargaan terhadap kehidupan. Tanpa dukungan Anda kami bukan siapa-siapa, Terima Kasih atas kunjungan Anda

Selasa, 01 November 2016

Kasih Sayang Ibu Adalah Sebusur Panah

 


KEBAJIKAN ( De 德 ) -  Ketika masih kecil dan belum bisa mengingat sesuatu, ayah sudah meninggal karena sakit, sepeninggal ayah, ibu seorang diri merawat dan membesarkanku. Karena itu, banyak orang berkata kepada saya, ibumu sekarang jauh lebih susah membesarkanmu, tentu saja, bedanya ibu bukan hanya ia tidak mengatakan hal seperti itu, perbedaannya yang terbesar adalah kasih sayang ibu kepada saya.

Sebagian besar Anak-anak seusai saya ketika itu akan dipaksa orang tua untuk belajar berbagai ketrampilan, kursus Mathematika, bahasa Inggris, seni dan sebagainya. Tapi tidak demikian halnya dengan ibu, bahkan ibu tidak membolehkah saya dibelenggu oleh buku pelajaran lain di luar pekerjaan sekolah, sehingga banyak teman-teman yang setiap hari disibukkan dengan latihan ketrampilan itu iri dengan saya ketika itu. Karena penasaran, mereka berulang kali bertanya pada saya, masa sih ibu kamu tidak memaksamu kursus. Akhirnya mereka pun menyimpulkan, ibu Tang Ke benar-benar baik.

Tang Ke yang dimaksud itu adalah aku

Sejak kecil hingga beranjak dewasa, antara saya dengan ibu, selalu dalam suasana yang nyaman. Ibu akan mendidik dan membimbing saya dengan lembut, tidak pernah menekan dan mendisiplinkan saya dengan statusnya sebagai ibu. Dia tidak pernah pusing dengan nilai matematika saya yang buruk, sebaliknya justru merasa bangga dengan kelebihan saya pada aspek itu. Dibawah penularan suasana hatinya seperti ini, sejak dari SMP hingga SMA, dimana meskipun nilai matematika selalu terbawah di kelas, tapi saya tidak pernah minder atau rendah diri. Teman-teman saya pada mengatakan, sedikitpun saya tidak seperti anak dari keluarga orang tua tunggal.

Sebelum ujian, saya pernah berbicara serius dengannya, dan untuk pertama kalinya ibu dengan raut wajah serius berkata kepada saya, sebaiknya pikirkan baik-baik nanti mau melanjutkan kemana, dan apa yang dikerjakan kelak. Mendengar itu, saya pun merenungkannya selama beberapa hari, kemudian mencoba berkata kepadanya, aku ingin belajar desain. Awalnya, agak khawatir ibu tidak membolehkan saya pergi. Tapi dia tidak menentang sedikitpun, kalau begitu berusahalah menggapai tujuanmu itu.

Dua bulan kemudian, saya mendapat surat penerimaan sebuah perguruan tinggi. Namun, tampaknya nenek tidak begitu senang, lalu dengan nada rendah menyalakan ibu, kenapa membiarkannya kuliah begitu jauh, anak itu ibarat burung, begitu terbang keluar akan sulit untuk kembali lagi. Mendengar keluhan nenek, ibu hanya tersenyum sambil berkata : “Ibu, saya membesarkannya, bukankah dengan harapan agar ia bisa terbang keluar . Bagi anak itu sendriri, yang paling penting itu bukan saya, tapi perjalanan hidupnnya sendiri di masa depan.

Mendengar itu, nenek ragu sejenak dan sedikit cemas, begitu juga saya. Selama bertahun-tahun, ibu memberi saya terlalu banyak kebebasan, tetapi tidak pernah bilang begitu.

Hampir semua orang akan mengatakan, orang tua berkewajiban membesarkan anak-anaknya, sementara anak-anak juga berkewajiban menemani orang tua mereka, ini merupakan kewajiban keluarga. Tapi dia tidak, dia tidak pernah mengingatkan dan meminta saya untuk melakukan kewajiban ini. Sekarang setelah mendengarnya berkata seperti pada nenek, saya justru merasa agak menyesal.

Ketika itu, saya berkata kepadanya : “Bu, sebaiknya saya tidak jadi pergi.” “Kenapa ?” Dia terkejut sambil menatap saya. Dan saya bilang : “Ibu sepertinya terlalu memanjakan saya, ibu seharusnya membiarkan saya bersama dan berada di sisi ibu.”

Ibu tertawa mendengarnya dan berkata : “Tahukah kamu ? Boleh dibilang hampir semua harapan atau keinginan ibu sendiri itu tidak pernah terwujud dalam separoh hidup ibu sampai sekarang. Ibu adalah sesosok wanita yang baik, istri yang baik, ibu yang baik, tapi ibu bukan sosok diri yang terbaik. Ibu tidak ingin kamu sama seperti ibu. Ibu lebih berharap kamu bisa menjalani hidupmu dengan bebas, dan jalani hidupmu dengan sungguh-sungguh.”

“ Ibu adalah busur, sementara anak-anak adalah panah yang dilepaskan.”

Dia tahu apa yang ingin saya katakan, tapi saya tidak tahu ada berapa banyak ibu yang tahu dengan puisi ini, dan berapa banyak ibu yang memiliki keberanian untuk benar-benar melakukannya. Namun, dia telah melakukannya, dan tampak begitu alami dan biasa-biasa saja. Ini adalah cara dia mencintaiku. Tapi, saya tidak tahu apakah dia tahu, tidak peduli seberapa jauh aku terbang (pergi), namun, ketika dia membutuhkan saya, maka saya tidak akan ragu sedikitpun untuk membalikkan arah.

“Karena penerbangan saya selalu menggunakan sayapnya.” Salam kebajikan (Sumber)

Tidak ada komentar:
Write komentar